Beberapa waktu lalu saat kakak saya mengalami kebuncitan di bagian perut akibat ulah suaminya. Al hasil, saya yang kena imbasnya. Nah loh, kok bisa? Bisa, karena dia beberapa kali meminta saya untuk mencarikan sekaligus membelikan buah Parijoto (Khas Kudus). Mengapa nggak suaminya aja yang membelikan? Alasannya simpel, karena saya suka kelayapan (jalan-jalan). Kalau sudah seperti itu, mau tidak mau, ya harus mau. Buah parijoto ini di Kudus hanya ada di kawasan Muria. Salah satu Desa Wisata yang memiliki banyak potensi wisata di Kudus. Tak perlu fikir panjang, meluncurlah saya ke Muria untuk medapatkan buah Parijoto. Kebetulan waktu itu pas hari libur. Cukup jauh si dari rumah, namun apa daya, sebagai adik yang baik dan penurut, saya pun membelikannya demi kakak tercinta.
***
Menurut mitos yang beredar di masyarakat Kudus,bagi ibu hamil yang makan buah parijoto, maka akan diberikan anak yang tampan dan cantik. Bisa percaya atau tidak, itu tergantung pribadi masing-masing. Buah parijoto merupakan salah satu tanaman yang dipercaya bisa menyuburkan kandungan. Nggak percaya? Kamu bisa simak ulasan berikut ini.
Tanaman Parijoto banyak dijumpai tumbuh secara liar atau ditanam dipekarangan rumah penduduk di daerah pegunungan di Jawa yang berhawa sejuk. Parijoto ini mempunyai keunikan tersendiri. Penampilan Parijoto ini cantik dan berbuah ungu bulat bergerombol yang sangat menarik. Sekarang ini banyak dijual sebagai tanaman hias dalam pot.
Parijoto sudah lama digunakan sebagai tanaman obat terutama di daerah pegunungan di pulau Jawa. Penggunaan secara tradisional, terutama dijumpai di daerah Kudus Jawa tengah, ini berkaitan dengan kisah Sunan Muria yang memberikan buah parijoto secara rutin untuk istrinya yang sedang hamil, dan tatkala si bayi lahir di dunia kulitnya bersih dan sangat sehat. yang kemudian tersiar secara luas di masyarakat. Dan inilah yang dipercaya masyarakat Kota Kudus, bagi ibu hamil yang makan buah parijoto, maka akan diberikan anak yang tampan dan cantik.
Dari hasil penelitian terhadap khasiat Parijoto secara ilmiah, bagian tanaman Parijoto mengandung kardenolin, saponin, flavonid (terutama pada buah) dan tanin (terutama pada daun). Parijoto sangat baik untuk penambah nutrisi bagi ibu yang sedang mengandung. Umumnya, para ibu hamil mengkonsumsi parijoto setelah usia kandungan memasuki lima bulan ke atas. Namun, bisa juga dikonsumsi pada usia kehamilan mulai dua sampai dengan tiga bulan. Parijoto ini punya nama ilmiah Medinella speciosa. yang termasuk dalam famili Melastomataceae. Rasanya asam dan sepet
Beberapa bagian dari tanaman Parijoto yang digunakan untuk obat, diantaranya adalah:
Daun dan buah dalam keadaan segar atau setelah dikeringkan. Selain sebagai penyubur kandungan, Parijoto juga dimanfaatkan sebagai obat sariawan. Nah, berikut cara menggunakan Parijoto sebagai obat.
- Penyubur kandungan :
Bisa langsung memakan buahnya yang sudah matang.
- Obat sariawan :
Buah parijoto segar sebanyak 5 gram, dicuci, ditumbuk halus dan larutkan dalam 100 ml air matang kemudian gunakan untuk berkumur-kumur, sedangkan sisanya diminum.
Cukup mudah untuk mendapatkan buah parijoto, kamu bisa mendapatkannya di sepanjang trotoar kawasan Muria Kudus, atau di sepanjang tangga menuju makam Sunan Muria. Soal harga tak usah khawatir mahal, karena harganya cukup murah tergantung banyaknya buah yang kamu beli. Rata-rata kisaran harga 5.000 sampai 20.000. Selain bisa dimakan, parijoto juga bisa direbus atau diolah menjadi pecel dan sebagai tambahan buah pada rujak. Buah Parijoto juga dijadikan sebagai motif batik khas Kudus lo.
***
Setelah sampai di Muria, saya dengan mudah mendapatkan buah Parijoto dari penjual yang tersebar sepanjang trotoar di kawasan Muria. Segenggam buah Parijoto sudah terbeli, jadi, selesai sudah tugas saya untuk kakak yang meminta tolong untuk dibelikan buah Parijoto. Dengan senyum yang merekah, saya pulang dan memberikan buah tersebut kepada kakak saya. Ada yang Belum pernah mencoba buah Parijoto?
Silahkan mencoba buah parijoto hanya di KUDUS JAWA TENGAH.....
Rasanya memang tak akan habis jika kita membahas tentang kuliner suatu daerah. Indonesia kaya akan kuliner yang beragam rasa. Kuliner memang menjadi daya tarik tersendiri di setiap daerah apalagi bagi para traveller, pastinya mereka akan memburu kuliner daerah yang sangat melegenda saat berkunjung ke daerah tersebut. Entah enak atau tidak enak, pastinya rasa dari kuliner khas membuat para traveller penasaran untuk mencicipinya. Ngomongin kuliner, rabu kemarin saya sempat ke salah satu daerah di Kudus yakni Desa Kajar, Dawe, Kudus yang mempunyai kuliner atau cemilan yang terbuat dari singkong. Apalagi kalau bukan Gethuk, gethuk yang merupakan cemilan khas Jawa tengah ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Pada zaman Belanda, singkong merupakan salah satu makanan pokok warga pribumi karena harga beras pada saat itu terbilang mahal, sehingga masyarakat memanfaatkan makanan yang mengandung karbohidrat sebagai pengganti beras. Salah satunya adalah singkong yang diolah menjadi Gethuk. Rasanya tak asing lagi jika kita mendengar kata gethuk, bagaimana jika saya menyebut nama Gethuk Goreng Nyimut. Sudah tahukah anda dengan gethuk tersebut?
namanya yang lucu, membuat orang menjadi penasaran akan gethuk ini. Orang Kudus lebih mengenal dengan sebutan Gethuk nyimut dibandingkan dengan nama Gethuk Goreng Nyimut. Alasannya karena lebih mudah dilafalkan dengan dua kata dibandingkan dengan tiga kata. Penasaran dengan Gethuk Nyimut, sayapun bergegas menuju lokasi untuk mencicipinya. Saya memilih warung Gethuk Goreng Nyimut Bu Warsini sesuai rekomendasi dari teman. Di daerah terdapat dua warung yang menjual Gethuk Nyimut dan salah satunya adalah warung Bu Warsini ini. Untuk menuju ke lokasi cukup ditempuh dengan waktu 30 menit dari pusat kota kudus. Lokasinya yang berada di dalam desa dan tidak ada penunjuk arah, membuat saya sedikit kebingungan untuk menuju lokasinya. Beruntung saya ditemani Bagus yang sudah beberapa kali ke lokasi. Harganya yang murah membuat para penikmat Gethuk semakin tertarik untuk mencobanya. Cukup dengan Rp. 700,- sudah bisa membeli satu Gethuk Nyimut yang legit. Perpaduan bahan antara singkong, tepung ketan yang dicampuri gula membuat Gethuk Nyimut terasa manis dan legit. Getuk Nyimut disajikan untuk pelanggan dalam keadaan masih hangat sehingga menambah cita rasa gethuk itu sendiri.
Kini warung Gethuk nyimut Bu Warsini dikelola oleh generasi ke dua yakni Mbak Yanti sebagai anak dari Ibu warsini. Warung Gethuk Nyimut Bu Warsini buka mulai pukul 15.00 WIB hingga malam hari (tergantng habisnya gethuk). Menikmati Getuk Nyimut akan lebih nikmat lagi bila disandingkan dengan secangkir kopi atau teh hangat. Penasaran dengan rasa Gethuk Nyimut khas Dawe, kudus? datanglah dan nikmati santai soremu dengan sepiring gethuk Nyimut dan secangkir kopi atau teh hangat.
Opo Kek Blog- Kuliner merupakan salah satu identitas kota yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Perbedaan rasa yang tersaji dari satu daerah dengan daerah lain, merupakan faktor yang membuat makanan tersebut menjadi khas. Tidak hanya rasa, nama jenis makanannya pun berbeda. Banyak orang meluangkan waktu untuk berhenti sejenak mencicipi kuliner khas kota yang mereka lewati. Tak heran jika di pusat-pusat kuliner di penuhi dengan kendaraan dari berbagai kota. Makanan khas yang semakin tersaingi dengan makanan modern kini sedikit terlupakan oleh warga lokal. Kita patut memberikan apresiasi bagi pedagang yang masih mempertahankan warisan leluhur yag berupa makanan ini.
Niatan mencicipi kuliner khas daerah Jawa Timur-an saya awali dengan singgah di kota yang berlogo ikan bandeng dan lele saat saya berwisata di kota tersebut. Lamongan, sebuah kota yang berdiri sejak tahun 622 Masehi ini mempunyai segudang kuliner yang khas. Pastinya Anda tahu, apa makanan khas kota Lamongan yang paling tersohor bukan? Ya betul, Soto Lamongan. Tapi yang akan saya cicipi bukanlah Soto Lamongan, bukan pula Pecel Lele khas lamongan, melainkan Nasi Boranan yang hanya ada di Lamongan, bukan ditempat lain. Mungkin tidak banyak orang yang mengenal tentang nasi boranan ini. Kuliner khas Lamongan yang satu ini bisa kita jumpai di trotoar sepanjang jalan Jendral Sudirman. Mulai dari Lamongan Plaza hingga Stadion Surajaya Lamongan. Cukup mudah di temui karena berada tepat di jalur Pantura. Para pedagang di jalan Jendral Sudirman ini menjajakan dagangannya mulai sore hingga malam hari.
Nama Boranan pada makanan khas Lamongan ini berasal dari tempat nasi atau bakul besar berbentuk segi empat dengan empat penyangga di bagian pinggir yang digunakan untuk berdagang. Ini yang menjadi ciri khas pedagang Nasi Boranan. Pada umumnya, makanan di sajikan menggunakan alas piring ataupun mangkuk, berbeda dengan Nasi Boranan. Disajikan menggunakan kertas makanan yang dilapisi koran dan dibentuk kerucut atau dalam bahasa jawa di "pincuk" sebagai tempat makanan tersebut, cukup sederhana. Minuman pelengkap yang disediakan pun sederhana, hanya air mineral. Benar-benar tardisional sekali bukan? Nasi Boranan terdiri dari nasi, bumbu, lauk, rempeyek (semacam gimbal), sayuran yang dicampur dengan parutan kelapa (saya menyebutnya gudangan) dan pletuk (nasi yang dikeringkan atau kacang). Teksturnya yang empuk dan berbunyi pletuk saat dikunyah serta dipadu padankan dengan lauk ikan sili merupakan ciri khas yang membedakan Nasi Boranan ini berbeda dengan makanan khas yang lainnya. Bagi yang tidak suka dengan ikan sili bisa digantikan dengan lauk yang lainnya. Di sini pedagang menyediakan beberapa lauk pengganti ikan sili, diantaranya adalah ikan bandeng, lele, tempe, tahu, ayam, jeroan dll. Rasanya yang gurih dan pedas sangat pas di lidah orang Jawa seperti saya. Harganyapun bervariasi tergantung lauk yang kita ambil, yang pasti kurang dari Rp. 10.000,- kecuali kalau Anda mengambil lauk lebih dari 10 biji hehehe :D
[gallery type="rectangular" ids="1362,1363,1364"]
Bagaimana? Tertarik dengan Nasi Boranan. Jangan lupa mampir ke Jl. Jendral sudirman saat melintas di jalur Pantura kota Lamongan.
Opo Kek Blog - Kuliner, dalam bayangan kita saat pertama kali menyebut kata itu rasanya sudah menelan ludah berkali-kali. Siapa sih yang nggak suka dengan kuliner? Apalagi seorang traveller sejati, pastinya setelah tempat wisata yang menjadi tujuan utama, berikutnya adalah makanan khas dari kota itu sendiri. Nah, di Kudus ada beberapa pilihan kuliner khas yang bisa kamu cicipi saat mampir ke kota Kretek tersebut.

Setiap kota pastinya mempunyai makanan khas yang berbeda-beda. Ada yang pedes, manis, gurih dan sebagainya. Ngomongin masalah makanan khas, kali ini saya mau share tentang makanan khas yang ada di kota kelahiran saya. Sudah tau dimana letak kota kelahiran saya? Pastinya tau jika anda selalu mengikuti update tentang isi Blog saya #hemmmm. Kudus, ya itulah nama kota kelahiran saya.
Ada banyak jenis makanan khas di Kudus. Dan yang saya share pertama kali di sini adalah "Lentog Tanjung". Apa itu Lentog Tanjung? Yang pasti bukan nasi di kacangin #hehehehehe. Lentong Tanjung adalah makanan khas Kudus yang berisi potongan lontong yang di tambah dengan kuah santan kental bersayur nangka muda dan potongan tahu yang di iris-iris berbentuk segitiga. Yang unik dari para penjual Lentog Tanjung terletak pada Angkringan yang di gunakan sebagai alat untuk menjual dagangannya. kira-kira seperti ini nih.
Berbicara tentang makanan, Saat berkunjung ke luar kota yang kita cari selain tempat-tempat wisata dan oleh-oleh khas dari kota itu juga makanan khas yang ada di kota tersebut. Solo, kota yang menyimpan segudang cerita tentang sejarah Jawa ini mempunyai banyak kuliner khas yang patut untuk dicoba. Seperti hal nya yang pernah saya lakukan saat berkunjung ke kota yang mempunyai julukan "The Spirit Of Java" ini.